Jumat, 28 Desember 2012

Cerpen Lilind Kecil.. ^.^


Realita cinta berasa cuka
By : Ade Irma Oktaviani
  
Di malam ini bintang tak bersahabat denganku. Malam yang beraroma Ramadhan.. dingin, sejuk, menenangkan hati dengan suara lembut tadarus. Sambil melamun aku menatap langit yang gelap tanpa ada sang bulan. Entah apa yang ada dipikiranku saat ini. Tak kuasa ku menahan gejolak kepedihan yang sangat meruak membara hati. Walau hanya sebentar ku memandangi langit gelap tanpa rembulan, tapi jiwa ini berasa sangat lama melayang mengikuti formasi bintang indah itu. Yaa.. bintang-bintang yang menggambarkan peristiwa menyakitkan itu.
Ku lihat seberkas cahaya yang mengingatkan aku pada seseorang. Seseorang yang pernah mengisis hatiku. Ku ingat ketika dia menemaniku melihat bintang di malam hari. Seperti saat ini, saat dimana aku sendiri tanpa teman.
            Angga, seseorang yang membuat hatiku damai dengan cinta, walau kadang cinta tak sedamai hatiku. Aku mengenal Angga melalui teman akrabku, Nurul. Kita saling kenal melalui sms. Awalnya kita tidak pernah tahu satu sama lain. Kita pun sering smsan tiap hari. Bisa dibilang PDKT. Aku tak pernah menyangka bisa kenal seseorang seperti Angga. Dia itu orang yang bisa ngerti aku dan selalu ada buat aku. Aku mengenal dia selama 1,5 bulan melalui sms. Sampai suatu saat aku ingin bertemu dengannya. Akhirnya aku bertemu dia ketika dia ke sekolahku.
            “Hai… ini Angga??” tanyaku dengan menatap wajahnya yang misterius.
            “Iya… ini Angga.” Jawabnya sambil menatapku malu.
            “Oh ya… Nurul mana??” Tanya Angga.
            “Itu Nurul… dia gak mau keluar katanya.” Kataku sambil melihat ke arah Nurul dan melambaikan tangan.
            “Tolong suruh dia kesini ya, aku mau ngomong sama dia.” Katanya.
            “Bentar ya, aku ajak dia kesini.” Jawabku.
Akupun menghampiri Nurul dan mengajak menemui Angga.
            “Kenapa Ngga??” Tanya Nurul pada Angga.
            “Tolong tuliskan aku kuitansi pembayaran buku ya..” Pintanya.
            “Iya, sini aku tuliskan” Jawab Nurul.
            “Duh.. nyebelin.. aku dicuekin.” Batinku.
Angga seakan grogi di depanku, dia hanya terdiam bisu sampai Nurul selesai menulis kuitansi.
            “Makasih Rul..” Kata Angga.
            “Iya.. sama-sama.. aku kesana dulu ya.” Jawab Nurul sambil melangkah menuju pos satpam.
            “Kamu mau pulang sekarang ta??” Tanya Angga.
            “Iya…” Jawabku.
            “Yaudah, bareng aku aja sekalian kan rumah kita searah”
            “Iya deh.. makasih ya..” Kataku malu.


            Sesampainya di rumahku, dia langsung pulang. Hmm.. aku seneng banget bisa pulang sama dia. Setelah pertemuan dengannya itu aku masih berhubungan dengan Angga. Seperti biasanya selalu sms aku tiap malam. Aku merasa semakin hari aku semakin dekat dengan Angga. Aku sempat berpikir apakah ini rasa cinta??

Hmm.. entahlah.. yang pasti aku senang saat bersamanya. Salah satu hal yang bikin aku tertarik dengan Angga saat ia menunjukkan kekhusyukannya di bulan Ramadhan ini dengan puasa dan sholat tarawih tanpa ada yang bolong. Tapi sayangnya aku tidak mengetahui hal itu secara langsung. Aku hanya percaya dengan apa yang ia katakan padaku. Yaa.. wajar saja aku hanya smsan dengan Angga pada malam hari pukul 20.00 wib. Entah apa yang ia lakukan saat tidak menghubungi aku. Percaya..percaya dan percaya.

Seminggu setelah pertemuan itu, dia menyatakan cintanya padaku. Oh my God.. aku sempat shock mendengarnya. Aku menjawabnya setelah 3 hari dia menyatakan cinta.
            “Hm.. Angga.. aku mau jawab pernyataanmu kemarin. Tapi aku pengen denger sekali lagi. Boleh kan??” kataku.
            “Hmm.. aku sayang kamu” Katanya.
            “Kamu serius?? Tanyaku.
            “Iya.. aku serius.” Katanya.
Entah kenapa aku masih mikir lagi untuk menjawabnya. Aku minta waktu satu hari lagi untuk menjawabnya. Dan keesokan harinya aku menjawab pernyataan itu.
            “Angga.. aku mau jawab pernyataan kamu. Kan aku sudah janji bakal jawab sekarang.” Kataku.
            “Iya.. bilang aja walau menyakitkan” Katanya.
            “Maaf.. aku gak bisa.”
            “Oh yaudah.. gak papa kok” Katanya pasrah.
            “Maaf.. aku gak bisa nolak kamu.. hahaha”
            “Apa??? Kamu serius??”
            “Iya, aku serius.” Kataku meyakinkan dia.
            “Makasih ya bebh..” Katanya.
           
Duh..seneng banget rasanya aku bisa memiliki seseorang seperti Angga. Dimataku Angga adalah orang tang paling baik dan pengertian. Hari demi hari aku makin sayang sama dia. Hingga aku dan Angga menciptakan sebuah puisi..
           
Ketika ku melihat langit malam..
            Ku melihat kamu ada di pikiranku..
            Bila ku sambut hari esok..
            Ku melihat kamu di mimpiku..

                        Di malam yang gelap ini..
                        Bintang menemani kamu di kesunyian..
                        Cahaya bulan ini..
                        Menerangi hati bebh di kegalauan..

            Tak ada yang mampu menepis rasa..
            Rasa rindu yang merasuk jiwa..

            Sabtu malam tiba. Malam gelap yang ditaburi ribuan bintang. Seperti anak pacaran lainnya, aku dan Angga satnight (malam mingguan) berdua. Angga nemenin aku beli kado terus kita jalan-jalan. Duh seneng bisa sama Angga terus. Tapi ketika Angga bilang kalau hapenya bakal dibawa kakaknya selama seminggu, aku sempat shock mendengarnya. Tubuh ini langsung lemas seakan tertimpa pohon besar. Hufth.. nyebelin. Dan akhirnya Angga berusaha menyenangkanku. Dia janji akan ngasih kabar ke aku. Okeh lah aku sedikit tenang meskipun masih sebel.
           
Tapi setelah satnight, keesokan harinya dia gak hubungi aku sama sekali. Aku sebel banget waktu itu, aku baru inget kalau hapenya di bawa kakaknya. Hmm.. sebel banget rasanya. Beberapa hari kemudian aku melihat facebooknya. Astaga.. dia baru saja online. Aku sempat kaget karna biasanya dia online lewat hapenya. Aku mulai gelisah dan berpikir kalau dia bohong. Setelah aku tanya lewat akun facebook ternyata dia penjam hape temannya. Hufth.. leganya. Waktu sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB, gak tau kenapa aku merasa kangen sama Angga. Seperti biasa aku melihat akun facebooknya. Dan ternyata dia online. Aku mulai berfikir kalau hapenya tidak dibawa sama kakaknya. Gak mungkin malam-malam dia pinjam hape temannya. Tetapi aku masih sedikit berpikir kemungkinan aja emang dia pinjam hape temannya.
           
Lalu keesokan malamnya, aku sms dia untuk memastikan kalau hapenya masih dibawa kakaknya.
            “Maaf kak… hapenya masih Angga masih dibawa kakak ta??” Tanyaku takut dan ragu.
            “Iya… masih.” Jawabnya jutek.
            “Loh..loh.. kok ketikan smsnya sama kayak gaya Angga.” Pikirku.
            “Akhirnya aku tahu kalau Angga bohong.” Batinku.
            “Kenapa mesti bohong??” Tanyaku.
            “Siapa yang bohong??” Tanya kakaknya.
            “Ini Angga kn?? Bukan kakaknya.. udah deh gak usah ngeles” Jawabku ketus.
            “Maaf… aku sengaja bohong biar kamu benci sama aku terus mutusin aku.”
            “Kenapa??” Tanyaku sambil meneteskan airmata.
            “Aku ingin fokus buat masuk angkatan laut. Aku pengen sendiri.” Jelasnya
            “Gak mungkin kalau cuma itu alasan kamu aku tuh bener-bener sayang sama kamu. Oke kalau kamu pengen sendiri aku gak bakalan ganggu kamu. Aku akan tunggu sampai urusan kamu selesai.” Kataku dengan rintihan tangisku.
            “Tapi aku gak mau nyakitin kamu terus. Lebih baik kamu putusin aku.”
            “Tapi aku gak mau putusin kamu. Aku bener-bener sayang sama kamu. Karena alasan kamu gak maksud akal buat kita putus.”
            “Oke… aku jujur sebenernya aku masih sayang sama cimonku dulu. Aku gak mau nyakitin kamu terus.”
            “Apaaa????!!! Terus maksudnya kamu nyatakan cinta ke aku apa??”
            “Itu aku lagi pusing, jadi gak nyadar kalau aku bilang gitu.”
            “Bohong banget kamu. Kamu bilangnya aja sama bercanda-canda. Gak mungkin kalau gak nyadar. Udahlah terserah.”
            “Aku gak mau nyakitin kamu terus. Aku pengen kita temenan kayak dulu.” Pintanya.
            “Kalau kamu pengen temenan sama aku, temui aku besok.” Kataku.
            “Baik… aku akan temui kamu.”
           

Keesokan harinya aku sempat curhat dengan Nurul, sahabatku yang menjadi mak comblang kami. Aku ceritakan semua yang sedang aku alami. Ternyata Angga sudah bercerita jujur sebelum akhirnya ia ketahuan bohong. Nurul meminta maaf atas perlakuan Angga padaku.
“Vi, Aku minta maaf ya atas perlakuan Angga padamu. Aku juga gak nyangka kalo dia seperti itu. Karena memang kita sudah lama tak bertemu aku tidak tahu bagaimana Angga yang sekarang.” Jelas Nurul.
“Iya.. gak papa kok..” Jawabku diiringi isak tangisku.
“Oh ya.. kemaren Angga cerita ke aku ternyata waktu dia nembak kamu dia itu lagi mabuk. Jadi ya gak nyadar katanya.”
“Hah?? Sumpah??” Emosiku mulai memuncak lagi mendengar hal itu.
“Berarti yang dia bilang tentang masih saying sama cimonnya hanya alasan aja??” Lanjutku.
“Mungkin.. yang sabar ya.. aku bener-bener gak enak sama kamu.”
“Udahlah.. gak papa.. semua sudah terjadi.. mungkin ini peringatan untukku agar tidak mudah menerima pernyataan cinta seseorang. Trus katanya hari ini Angga mau nemui aku tapi kok gak ada kabar ya.. mungkin aku bisa memaafkannya jika memang niatnya hari ini untuk meminta maaf.” Jelasku.

 Tapi…. Angga gak ada kabar sama sekali. Sampai akhirnya dia gak temui aku. Akupun sudah keburu jengkel sama dia sampai akhirnya aku anggap dia itu musuh. Aku gak mau punya teman pengecut dan brengsek seperti dia. Aku hanya berdoa dan berharap agar dia dapat karma dengan perbuatannya ini. Entah sampai kapan aku gak bisa memaafkan Angga.    

            “Cuma dia yang bisa bikin aku nangis seperti ini.” Rintihanku.
            “AKU BENCI SAMA KAMU ANGGAAAAA!!!!” Teriakku.
            “Viani… kamu kenapa nangis sama teriak-teriak seperti ini??” Tanya seorang wanita yang menyadarkanku dari lamunanku.
            “Gak kenapa-kenapa ma.. aku benci Angga.” Kataku sambil menangis dipelukan mamaku.
            “Lupakan dia ya sayang.. dia memang bukan untukmu” Kata mamaku menenangkanku.
            “Iya ma.. makasih.. hiks..hiks..” Kataku dengan tangis dan memeluk mamaku erat-erat.


*end*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar